Pilih Sahabat Daripada Mobil Mewah

Belum lama ini saya bertemu dengan sahabat yang pertama kali saya kenal pada bulan Januari 2011. Artinya, kurang lebih 12 tahun saya sudah menjalin persahabatan dengannya. Awal kenalnya adalah saat saya menjaga toko di ITC Fatmawati, dan beliau ini adalah penjaga outlet handphone yang tokonya tidak jauh dari toko saya. Tidak hanya dia, beberapa orang yang merupakan penjaga toko lainnya juga saya kenal dan akrab.

Itu hanya satu contoh; selain itu masih banyak lagi bukti persahabatan bertahun-tahun yang sudah saya jalani. Yang mengejutkannya, persahabatan saya ini dibangun bukan atas dasar pembelian karpet. Bukan berawal dari pelanggan karpet yang kemudian saya mintakan nomornya lalu saya jalin persahabatan setelahnya.

Persahabatan yang saya jalin kepada orang-orang sifatnya tulus, tanpa pamrih. Termasuk saat ada tamu yang tidak jadi membeli karpet, saya tetap akan meminta kontak yang bisa dihubungi, tanpa melihat latar belakangnya. Pernah juga ada sahabat yang saya tidak tahu dia adalah siapa. Setelah 7 tahun lamanya berkomunikasi, barulah saya mengetahui bahwa dia adalah seorang artis—itu pun berkat bantuan dari mesin pencarian Google.

Bahkan ada beberapa sahabat yang awalnya kenal di toko karpet sebagai calon pelanggan, namun setelah sekian tahun labelnya tetap sebagai calon pelanggan—belum pernah membeli karpet. Tapi apa pun itu, pintu tempat saya selalu terbuka untuk bersilaturahmi dengan mereka.

Sahabat adalah hadiah dari Allah SWT. Mencari sahabat tidaklah mudah seperti membalikkan tangan. Sahabat itu harus yang hatinya nyambung; tidak wajib berasal dari orang kaya atau yang memiliki mobil mewah. Sahabat itu yang penting adalah tulus. Walaupun saya juga menyadari, sahabat bisa lebih mudah cocok untuk ditemukan jika satu komunitas.

Dengan sahabat, jika kita curhat saja sudah lega, walaupun belum mendapatkan solusinya. Lain halnya jika bercerita dengan teman biasa. Jika ada dua pilihan, saya akan lebih memilih sahabat dibandingkan mobil mewah. Buat apa ada mobil mewah tanpa ada sahabat yang bisa mendengar cerita keberhasilan kita mendapatkan mobil mewah? Buat apa mobil mewah jika hanya dinaiki sendirian? Justru kita akan lebih bahagia manakala mobil mewah tersebut ditumpangi juga untuk para sahabat dalam salah satu kegiatan.

Selanjutnya, mobil mewah tidak akan mendoakan kita manakala sedang dalam ujian sakit. Tetapi sahabat dan keluarga sudah pasti akan mendoakan untuk kesembuhan kita. Menurut saya, hendaknya mencari sahabat terlebih dahulu; setelah itu barulah mencari materi, rezeki, dan sebagainya yang akan datang dengan sendirinya.

Fase perubahan yang saya alami dari tahun ke tahun sangat signifikan. Tahun 2011, saya tak ubahnya seperti penjaga toko biasa. Kenalan saya pun adalah para penjaga toko lain di sekitar toko yang Ayah berikan untuk saya. Namun walaupun kehidupan saya sudah berubah jauh, saya tetap mengenali semua nama-nama teman yang ada di sana.

Orang sukses yang baik adalah yang tidak melupakan sahabat lamanya. Walaupun semakin hari semakin banyak mendapatkan sahabat baru, ia tetap masih mengingat dan menjalin silaturahmi dengan sahabat lamanya.