Anak Rantau

Suatu hari, ketika saya berusia 14 tahun, saya mendapat perintah dari Ayah yang berada di Indonesia untuk menyusulnya ke Jakarta. Saat itu, perasaan saya bukan senang atau bahagia, melainkan penuh was-was. Hati saya bimbang, sebab di usia yang masih belia itu, saya masih ingin jalan-jalan, masih ingin bermain bola bersama teman-teman.

Namun, berkat bujukan Ibu, akhirnya saya berangkat juga ke Indonesia. Awalnya saya hanya bertahan selama dua bulan. Karena merasa tidak betah, saya pun kembali ke Pakistan. Setelah sebulan berada di rumah, saya berangkat lagi ke Indonesia untuk menjalani tahun pertama perantauan saya.

Di awal-awal, hidup di Indonesia terasa sangat tidak nyaman. Sehari-hari hanya bekerja tanpa ada waktu untuk refreshing. Bahasa Indonesia saya pun masih terbata-bata, sehingga membuat komunikasi dengan orang lain kurang lancar. Setiap selesai bekerja, saya sering menangis sendirian di kamar, merindukan Ibu yang jauh di Pakistan. Sebelum berangkat, saya selalu bersama Ibu hampir setiap saat, sehingga rasa kehilangan itu begitu berat.

Kegalauan itu berlangsung hingga empat tahun, sampai akhirnya di usia 18 tahun saya memberanikan diri berkata bahwa saya tidak ingin kembali ke Indonesia lagi, saya lebih memilih menemani Ibu di Pakistan. Namun, Ibu yang sangat memahami kepribadian anaknya tidak kehabisan cara untuk meluluhkan hati saya. Dengan berbagai bujukan dan nasihat, beliau bukan hanya membuat saya mau kembali ke Indonesia, tetapi juga menumbuhkan semangat baru dalam diri saya. Waktu itu saya bahkan berjanji kepada Ibu bahwa suatu hari saya akan bisa bertemu Presiden Indonesia dan dikenal banyak orang.

Alhamdulillah, akhirnya saya bisa membuktikan kepada semua orang bahwa saya berhasil merubah hidup melalui merantau.

Menurut saya, merantau itu sangat penting. Ia bisa menjadi jalan untuk mengubah diri sekaligus sarana untuk meningkatkan kapasitas pribadi. Namun, merantau juga perlu cara dan taktik. Jangan sampai merantau tanpa tujuan yang jelas, karena justru bisa merusak kepribadian dan kultur yang sebelumnya sudah terbangun.

Berdasarkan pengalaman saya sendiri, berikut beberapa tips merantau yang bisa saya bagikan:

  1. Susun rencana hidup sebelum merantau. Jalani secara bertahap. Jika belum sepenuhnya berhasil, jangan khawatir. Terus lakukan sedikit demi sedikit.
  2. Jalani dengan serius. Merantau bukan sekadar pergi jauh, melainkan sebuah perjuangan untuk orang-orang yang kita cintai—keluarga, anak, istri, adik-adik, dan lainnya.
  3. Jadilah pribadi yang baik. Ingatlah bahwa ketika kita merantau ke daerah orang lain, yang kita bawa adalah identitas daerah asal. Jika berperilaku buruk, bukan hanya diri kita yang tercemar, tetapi juga nama baik daerah asal kita. Sebaliknya, jika kita menjaga sikap, maka nama daerah kita pun ikut harum.