Bajuku Baju Bekas Kakakku

Sejak kecil, saya diajarkan oleh Ibu untuk selalu hidup sederhana, terutama dalam hal berpakaian. Ibu memberi contoh nyata dengan tidak membelikan baju baru, melainkan memberikan baju bekas Abang (kakak laki-laki) yang sudah kekecilan untuk saya pakai.

Sering juga Ibu menjahit baju atau celana bekas Abang, lalu menyesuaikannya dengan ukuran tubuh saya yang lebih kecil. Tidak jarang saya mendapat cemoohan dari teman-teman di lingkungan rumah karena mengenakan baju bekas Abang. Namun, Ibu selalu meneguhkan hati saya untuk tetap tegar dan percaya diri. Beliau sering berkata bahwa baju itu adalah “fashion” dan sedang tren.

Sebagai anak ketiga dari empat bersaudara, saya memang banyak mendapat limpahan pakaian dari Abang yang merupakan anak pertama. Saya pun sadar, Ayah saat itu sedang berjuang mencari nafkah di Indonesia, sehingga saya tidak banyak berharap dan menerima kondisi apa adanya.

Nilai kesederhanaan yang ditanamkan Ibu masih membekas hingga kini. Meski sekarang saya sudah mampu membeli pakaian bermerek, saya memilih untuk tidak melakukannya. Bagi saya, pakaian tidak harus mahal atau branded. Yang lebih penting adalah ucapan yang berkualitas dan kerja keras yang nyata, bukan sekadar pakaian yang kita kenakan.

Terbiasa mengenakan pakaian mahal justru bisa menimbulkan kebiasaan buruk. Sebab, ketika rezeki menurun, seseorang bisa merasa tertekan hanya karena tidak mampu membeli barang mahal lagi. Sayangnya, saya melihat banyak anak muda saat ini yang gemar mempertontonkan barang branded di media sosial sebagai simbol kesuksesan.

Sebaliknya, saya ingin memberi contoh kepada anak-anak saya bahwa kesuksesan tidak harus ditunjukkan lewat pakaian atau barang bermerek. Kesuksesan bisa diukur dari hal lain yang lebih bermakna. Pakaian yang penting adalah rapi dan bersih, bukan mahal.

Saat ini, saya justru jatuh cinta pada batik Indonesia. Saya sering mengenakannya untuk kegiatan sehari-hari, tidak hanya untuk acara resmi atau kenegaraan. Menurut saya, batik adalah anugerah bagi bangsa ini, dan melestarikannya adalah kewajiban setiap anak negeri.