Dahulu, saat masih kecil, teman-teman sering mengolok-olok saya dengan sebutan anak jalanan pemburu sampah. Bukan tanpa sebab, melainkan memang sesuai dengan kenyataan. Sering sekali saya mengumpulkan barang-barang bekas dari tempat sampah, kemudian saya bawa pulang untuk dibersihkan dan dibuat mainan, sehingga menjadi mainan yang bermanfaat.
Hasrat dalam hati ini sebetulnya ingin punya mainan mobil-mobilan seperti teman lain. Namun apalah daya; jika saya meminta kepada Ibu, tentu itu akan memberatkan. Sedangkan saya mengerti bahwa Ayah dan Ibu sedang berjuang. Maka dari itu, saya tidak pernah melakukannya. Yang saya lakukan adalah membuat mobil-mobilan sendiri dari barang bekas versi Atta UI Karim. Mulanya saya ambil kayu atau papan yang tidak terpakai, lalu saya bersihkan di rumah. Saya ampelas kayu tersebut sampai licin dan bersih. Kemudian saya juga mencari benda bulat seperti tutup botol atau lainnya agar bisa dijadikan sebagai roda mobil.
Karena saya ingin menyenangkan hati Ibu, pernah suatu ketika ada momen saya menanyakan Ibu ingin diambilkan apa. Lalu setelah Ibu menjawab untuk diambilkan air, tanpa jeda saya ambil air minumnya dan saya taruh di atas mobil-mobilan, kemudian saya tarik pakai tali. Ibu pun terharu melihatnya, dan mungkin dalam hatinya ada rasa sedih karena tidak mampu membelikan anaknya mainan saat itu. Namun saya sama sekali tidak peduli, karena saya tidak mau menuntut yang terlalu tinggi kepada Ayah dan Ibu.
Selain mobil-mobilan, ada juga mainan tembakan air yang alat mainnya saya buat sendiri. Bermodalkan minuman botol plastik bekas, saya berkreasi menjadikannya mainan yang kreatif. Momen membuat mainan sendiri ini sudah saya mulai dari usia sekitar 10 tahun. Selanjutnya, hampir saya tidak pernah membeli mainan—bahkan teman-teman justru bertanya di mana saya membeli mainan-mainan yang saya buat.
Banyak yang menilai saya adalah orang yang memiliki nilai seni tinggi. Bagi saya, seni itu bukan sekadar kreatif saja. Seni adalah merubah sesuatu yang biasa, namun berkat modifikasi menjadi luar biasa.
Pernah saya menjual karpet dengan harga terbaik, sebab saya modifikasi karpet tersebut menjadi lebih berseni. Awalnya karpet tersebut biasa saja, kemudian saya modifikasi dengan bingkai dan perpaduan warna sehingga menjadi luar biasa.
Jiwa seni yang saya miliki saya salurkan ke sebuah galeri yang berada di lantai 2 toko Al Barkat. Saya namakan tempat tersebut ISTANA AL-BARKAT. Tempat yang diresmikan pada tanggal 9 November 2022 ini merupakan tempat pemersatu dari berbagai latar belakang; tempat positif yang bisa memberikan aura positif. Di dalamnya terdapat beberapa karya-karya seni dari karpet, pajangan unik dari berbagai negara, lampu hias khas Timur Tengah, dan ditambah foto-foto hasil karya saya sendiri. Perpaduan warna dinding di dalam Istana Al Barkat juga merupakan hasil karya yang saya imajinasikan lalu saya tuangkan. Alhamdulillah, hasilnya banyak dipuji oleh orang yang datang.
Menurut saya, seni itu adalah perpaduan warna—kombinasi antara satu warna dengan warna lainnya—sehingga terlihat elok.
