Toko Pertama

Setiap orang punya cerita unik tentang pengalaman pertama dalam hidup. Begitu juga saya, yang tak pernah lupa saat pertama kali ditugaskan Ayah untuk menjaga sebuah toko.

Waktu itu usia saya belum 17 tahun—di Indonesia belum punya KTP. Ayah memberi kepercayaan untuk menjaga toko di ITC Fatmawati, Jakarta Selatan. Tokonya kecil, hanya 3×4 meter, tetapi menjual karpet yang ukurannya bisa lebih besar dari luas toko. Perlu akal cerdik untuk menyiasatinya. Biasanya saya menghubungi pihak keamanan untuk meminta izin menggelar karpet 3×4 atau 4×6 meter di lobi; kadang di lorong atau ruang yang lebih luas. Setelahnya, saya memberi tip agar mereka bersemangat saat dimintai bantuan lagi.

Ada pengalaman yang sebenarnya membuat saya malu, tetapi karena ini spesial, saya ceritakan. Saya tidak menamatkan sekolah, sehingga kemampuan matematika sangat minim. Saat jaga toko, saya belum bisa menghitung dengan baik. Setiap hendak tutup, saya kebingungan harus melaporkan apa kepada Ayah. Penjumlahan sederhana saja belum dikuasai, sehingga menghitung hasil penjualan harian terasa sangat melelahkan. Bayangkan, semakin banyak pembeli, saya bukannya senang, malah stres karena laporan akan semakin rumit.

Namun jika ditanya sekarang, kemampuan berhitung saya jauh lebih baik dari rata-rata. Bahkan sering kali bisa memperkirakan jumlah uang hanya dengan sekali lihat, tanpa perlu menghitung satu per satu.