Cerita Centang Biru

Suatu malam ponsel saya berdering. Sepupu menelepon, terdengar kesal karena merasa tidak diberi kabar soal centang biru di Instagram saya. Saya yang belum tahu justru kaget. Spontan menutup telepon, lalu mengecek Instagram. Benar: tanda centang biru sudah muncul di sebelah nama.

Saya berlari menemui kakak pertama dan memberi kabar. “Alhamdulillah, selamat ya. Habis berapa untuk membayar ini?” tanyanya. “Tidak bayar sepeser pun,” jawab saya. “Kalau ada biayanya, semua orang kaya pasti bisa membelinya.”

Setelah itu saya mengabari keluarga dan sahabat. Ucapan selamat pun berdatangan. Memang centang biru hanya perkara dunia maya, tetapi bagi saya rasanya seperti lelah yang terbayar—apresiasi yang mengurangi penat perjuangan. Saya bersyukur, sebab saya hanya pedagang karpet, bukan artis, aktor, pejabat, atau figur publik. Banyak pengusaha di luar sana yang ingin centang biru dan bersedia membayar berapa pun.

Ada kejadian unik setelahnya. Beberapa pesan langsung yang sebelumnya tak kunjung dibalas, tiba-tiba dibalas setelah akun saya terverifikasi. “Maaf kemarin sibuk, baru sempat balas. Ada yang bisa dibantu?” tulis seseorang yang sudah sepuluh kali saya sapa. Ini bukan mengada-ada—ini fakta yang saya alami. Artinya, masih banyak yang menganggap tanpa centang biru seseorang belum dianggap penting. Padahal di daerah yang saya amati, bahkan bupati atau gubernur pun ada yang belum terverifikasi, kendati jelas penting.

Seharusnya kita menilai bahwa setiap orang punya urusan dan kepentingan masing-masing. Bisa jadi akun yang terlihat biasa justru lebih penting daripada akun bercentang biru. Saya merangkul semuanya; bagi saya, semua orang baik dan perlu diakomodasi—apalagi yang menyapa berkali-kali.

Tanda verifikasi memang memberi validitas, dan itu menjadi tanggung jawab untuk saya jaga. Setiap unggahan harus dipikirkan dampak baik dan buruknya. Menjadi centang biru bukan sekadar apresiasi atau sensasi, melainkan amanah untuk menjaga diri, memberi teladan, dan—jika kontennya bermanfaat—semoga menjadi amal jariah.