Bagi banyak orang, rezeki sering dimaknai sebatas uang atau gaji yang diperoleh dari bekerja dalam jangka waktu tertentu. Namun, menurut saya, rezeki bukan hanya uang. Teman yang baik, saudara yang tulus, hubungan keluarga yang harmonis, itu semua adalah bentuk rezeki yang sangat istimewa. Selain itu, tubuh yang sehat dan rumah yang nyaman juga termasuk rezeki. Jadi, bagi saya, rezeki tidak harus berupa harta berlimpah. Uang hanyalah sebagian kecil dari rezeki.
Sebagai seorang saudagar karpet yang banyak berhubungan dengan kalangan menengah ke atas, saya sering menyaksikan sendiri: banyak orang yang memiliki uang melimpah, tetapi hidupnya tidak tenang. Maka, percuma saja jika memiliki banyak uang tetapi tidak memperoleh ketenangan. Rezeki yang sejati adalah yang mampu membawa kedamaian dalam hidup.
Alhamdulillah, di usia 30 tahun, saya tak pernah menyangka rezeki yang saya dapatkan bisa seperti sekarang. Syukur kepada Allah, saya diberi kesempatan untuk mempekerjakan sekitar 130 orang yang kini tergabung dalam keluarga Al Barkat.
Dulu, saat pertama kali datang ke Indonesia, saya hanya membayangkan bisa menjadi yang terbaik dalam menjual karpet, bersaing dengan para pedagang lain, termasuk saudara-saudara Pakistan yang lebih dulu hadir di sini.
Ketika saya berangkat ke Indonesia pada tahun 2008, sudah ada sekitar 72 pedagang karpet asal Pakistan yang lebih dulu merintis usaha. Sejak awal, saya bertekad menjadi yang terdepan di antara mereka, tentu dengan cara yang baik dan positif. Saya ingin dikenal banyak orang, bisa tampil di televisi, masuk pemberitaan media. Dan, segala puji bagi Allah, keinginan tersebut kini telah tercapai.
Bagi saya, jika sudah mendapat rezeki, jangan lupa bersyukur dan jangan sombong. Dengan begitu, rezeki tidak akan berkurang, justru semakin bertambah.
Sebagai hamba Allah, kita harus yakin bahwa rezeki sudah tercatat untuk setiap orang yang mau berusaha. Maka, jika masih merasa resah soal rezeki, menurut saya itu tanda kurangnya kepercayaan terhadap Allah.
