Anak-Anakku

Di usia 30 tahun ini, saya sangat bersyukur telah dikaruniai dua anak oleh Allah SWT. Anak pertama adalah seorang perempuan bernama Noor Ul Ain, dan anak kedua yang baru lahir saat buku ini dibuat bernama Malik Tahir Ahmad. Bagi saya, anak-anak adalah rezeki yang sangat berharga.

Karena itu, hati saya terasa sedih setiap kali melihat berita tentang orang tua yang menyia-nyiakan anaknya. Padahal, anak adalah anugerah sekaligus amanah yang harus dijaga.

Saya berharap dapat mendidik anak-anak dengan baik, terutama melalui keteladanan. Anak-anak mampu merasakan ketika orang tuanya hanya berpura-pura memberi contoh. Maka, contoh yang baik harus selalu ditunjukkan, baik di depan maupun di belakang anak-anak.

Ada dua prinsip utama yang akan saya ajarkan sejak dini, yaitu shalat dan mengaji Al-Qur’an. Keduanya menjadi bekal penting untuk kehidupan mereka kelak, termasuk di akhirat.

Selain itu, saya ingin memperkenalkan dan menerapkan budaya Pakistan kepada anak-anak. Kelak, ketika mereka beranjak remaja, tentu mereka akan mengenal berbagai budaya lain, termasuk budaya Indonesia dan budaya dari negara lain. Namun, budaya Pakistan yang kental dengan nilai-nilai Islam—karena 97% penduduknya beragama Islam—saya yakini sangat baik untuk membentuk karakter mereka.

Nilai-nilai yang saya dapatkan dari keluarga, seperti patuh kepada kedua orang tua dan menghormati kakak kandung, juga telah menjadi kunci keberhasilan saya. Hal ini pun ingin saya wariskan kepada anak-anak agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang sukses.

Sejujurnya, saya memiliki tekad untuk memiliki banyak anak. Jika Allah mengizinkan, saya ingin memiliki hingga 12 anak. Namun, jumlah bukanlah yang utama—yang terpenting adalah kualitas mereka.

Ke depan, saya tidak akan memaksakan anak-anak untuk meneruskan bisnis karpet yang saya jalani. Saya justru ingin mereka bebas memilih jalan hidup, dengan satu syarat: apa pun yang mereka lakukan harus bermanfaat bagi agama dan negara.